| News / Korupsi & Isu Keuangan |
| Mengapa Banyak Kasus Korupsi Melibatkan Lelaki? |
| Mengapa Banyak Kasus Korupsi Melibatkan Lelaki? JAKARTA, KOMPAS.com ? Persepsi masyarakat bahwa wanita adalah makhluk yang suci dan tidak akan melakukan korupsi tidak sepenuhnya benar. Para politisi perempuan juga berpotensi melakukan tindakan korupsi. Korupsi itu genderless, semua dapat melakukannya. Termasuk politisi perempuan, ujar Ketua Transparancy Internasional Todung Mulya Lubis, di Jakarta, Selasa (27/10). Menurut dia, potensi korupsi terletak pada kekuasaan dan wewenang yang dipunyai para politisi. Todung sangat prihatin dengan aneka praktik korupsi. Selain anak-anak, pihak yang paling dirugikan dengan tindakan korupsi adalah perempuan. Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah perempuan, kalau anggaran untuk kesehatan dan pendidikan disunat yang menjadi korban juga perempuan, jelasnya. Ani Soetjipto, aktivis perempuan sekaligus dosen FISIP UI, mengatakan, sama halnya dengan pria, perempuan juga dapat melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan. Perempuan ada yang bagus, ada juga yang melakukan korupsi, kata dia. Menurut Ani, sedikitnya kasus korupsi yang dilakukan perempuan disebabkan karena jabatan-jabatan penting masih dipegang politisi pria. Kalau politisi perempuan memegang jabatan penting, juga akan melakukan hal yang sama, kata dia. Untuk mencegah maraknya kasus korupsi yang dilakukan politisi perempuan, Ani menyarankan, sebelum memegang suatu jabatan diperlukan suatu kontrak politik. Kontrak tersebut berfungsi mengikat para politisi perempuan untuk tidak melakukan tindakan yang melanggar, termasuk korupsi di dalamnya. Dari 100 perempuan, tidak semuanya bagus. Kita tidak boleh memberikan cek kosong, yang dimaksudkan agar ada perwakilan perempuan di jajaran elite politik. Harus ada kontrak yang mengikatnya, tegas dia. |
Wednesday, 15 September 2010
Artikel / berita politik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment